MENJEMPUT
PERTOLONGAN ALLAH
Oleh : Supriyanto, S.Pd*
Sudah
menjadi sunnatullah bahwa tidak selamanya kita terus berada di zona nyaman.
Tidak selamanya kita dalam kondisi serba mudah, serba enak, serba santai, serba
damai, aman dan sejahtera. Roda kehidupan akan terus berputar. Ada kalanya
mudah ada kalanya sulit, ada masanya lapang dan ada masanya sempit.
Kehidupan
ini memang penuh warna. Situasi bisa silih berganti, kapan saja Allah SWT
menghendaki. Jika Allah menghendaki untuk menguji kita dengan berbagai cobaan
dan musibah, kesempitan dan kesulitan, maka tak ada satupun kekuatan yang mampu
menghalanginya.
Justru
di saat-saat kesulitan menghadang, badai cobaan dan musibah menerpa kita, saat
itulah kita harus semakin mendekat kepada-Nya. Dialah yang membuat semua
situasisulit itu. Justru disaat-saat sulit itulah selayaknya kita terus
berjuang untuk mencari jalan keluar seraya terus memohon pertolongan Allah SWT.
Karena disaat-saat seperti itulah kita memang akan sangat merindukan datangnya
pertolongan Allah SWT. Berikut ini ada beberapa kiat agar pertolongan Allah SWT
segera menghampiri kita.
Kiat-kiat untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT :
1.
Meningkatkan Ketaqwaan Kepada
Allah SWT
Kiat pertama adalah dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah SWT dengan sepenuh keyakinan. Keyakinan kita bahwa
semua yang menimpa kita adalah semata-mata kehendak Allah SWT hendaknya membawa
kita untuk semakin mendakatkan diri kita kepada Allah SWT dan meningkatkan
ketaqwaan kita kepada-Nya. Karena Allah
SWT telah menjanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa akan diberikan pertolongan-Nya berupa jalan keluar dari
kesulitan yang dihadapinya.
Allah SWT
berfirman :
“Barangsiapa
bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.”
(Qs. Ath-Thalaq : 2)
Dan bahwa orang-orang yang bertakwa
kepada Allah, tidak saja diberi dan dimudahkan jalan keluar dari kesulitan yang
dihadapinya, tetapi ia diberikan pula rezeki oleh Allah SWT dari arah yang
tiada disangka-sangkanya, yang belum pernah terlintas dalam pikirannya.
Selanjutnya Allah SWT menyerukan
supaya mereka itu bertawakkal kepada-Nya, karena mencukupkan keperluannya
mensukseskan urusannya. Bertawakkal kepada Allah, artinya berserah diri
kepada-Nya, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah keberhasilan usahanya. Setelah
ia berusaha dan memantapkan satu ikhtiar barulah ia bertawakkal. Bukanlah
tawakal namanya apabila seorang menyerahkan keadaannya kepada Allah tanpa ada
usaha dan ikhtiar.
Berusaha dan berikhtiar dahulu baru
bertawakal menyerahkan diri kepada Allah. Pernah terjadi seorang Arab Badwi
berkunjung kepada Nabi di Madinah dengan mengendarai unta. Setelah Arab itu
sampai ke tempat yang dituju, ia turun dari untanya lalu masuk menemui Nabi
SAW, Nabi bertanya: "Apakah unta sudah ditambatkan?" Badwi itu menjawab:
Tidak! Saya melepaskan begitu saja, dan saya bertawakal kepada Allah".
Nabi SAW. bersabda:
أعقلها وتوكل
“Tambatkan dulu untamu itu, baru bertawakal.”
Allah SWT akan melaksanakan dan menyempurnakan urusan orang yang bertawakkal kepada-Nya sesuai dengan kodrat iradat-Nya, pada waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam ayat ini.
وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ
Artinya:
“Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Q.S Ar Ra'd: 8)
“Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Q.S Ar Ra'd: 8)
2.
Mendekatkan
Diri Kepada Allah SWT
Kiat kedua adalah dengan mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Mendekat kepada-Nya dengan memperbanyak amal ibadah dan amal shalih kita, baik
yang wajib maupun yang sunnah agar kita bisa meraih cinta-Nya. Karena kalau
Cinta-Nya sudah kita dapatkan maka pertolongan Allah SWT akan segera
tiba.
Rasulullah
SAW bersabda :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي
يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ
بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]
Dari
Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Siapa yang memusuhi
wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri (taqarrub) kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang
Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya.
Dan hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah maka Aku akan mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,
maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar,
sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia
gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya." [HR
Bukhari]
Kalimat, “Jika
ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya” menunjukkan bahwa seseorang
yang telah menjadi golongan yang dicintai Allah, maka permohonan kepada Allah
tidak akan terintangi dan Allah akan memberikan perlindungan kepadanya dari
siapa saja yang menakutinya. Allah Maha Kuasa untuk memberikan sesuatu
kepadanya sebelum ia memintanya dan memberi perlindungan sebelum ia memohon.
Akan tetapi Allah senantiasa mendekat kepada hamba-Nya dengan memberi sesuatu
kepada orang-orang yang meminta dan melindungi orang-orang yang meminta
perlindungan.
3.
Menolong
Agama Allah SWT
Kiat ketiga jika kita
termasuk orang yang merindukan datangnya
pertolongan Allah SWT kepada kita adalah dengan menolong agama Allah
SWT.
Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs.Muhammad 47:7)
Ayat ini
merupakan perintah Allah kepada kaum mukmin agar mereka menolong agama-Nya,
berdakwah kepada-Nya, dan berjihad melawan musuh-musuh-Nya dengan mengharapkan
keridhaan-Nya. Jika mereka melakukan hal itu, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala
akan menolong mereka dan meneguhkan mereka, yakni menguatkan mereka dengan
kesabaran , ketenangan, dan keteguhan serta membuat badan mereka dapat bersabar
di atasnya serta menolong mereka terhadap musuh mereka.
Ini adalah
janji dari Allah Yang Maha Pemurah yang benar janji-Nya, bahwa barang siapa
yang menolong agama-Nya baik dengan ucapan maupun perbuatan, maka Dia akan
menolongnya, memudahkan sebab-sebab pertolongan, seperti keteguhan dan
sebagainya.
4.
Berjihad
di Jalan Allah SWT
Kiat keempat jika kita menginginkan
untuk mendapatkan pertolongan Allah SWT adalah dengan melakukan jihad fi
sabilillah.
Allah
SWT berfirman :
"Dan
orang-orang yang berjihad pada jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al
Ankabut: 69)
Imam Al-Hasan bin Abil Hasan
berkata, "Ayat ini tentang para ahli ibadah." Ibnu 'Abbas dan
Ibrahim bin Adham berkata, "Dia itu berkaitan dengan orang-orang yang
mengamalkan apa yang mereka ketahui."
Abu Sulaiman al Daarani berkata,
"Jihad pada ayat tersebut bukan memerangi orang kafir saja, tetapi
maksudnya menolong agama Allah, membantah para pengingkar, melawan orang
dzalim, dan yang paling besar adalah menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar. Di
antaranya juga menjihadi (menundukkan) jiwa untuk taat kepada Allah."
Ibnul Qayim rahimahullah
menyebutkan dalam kitabnya Zaadul Ma'ad begitu juga Ibnul hajar
dalam Fathul Baari, macam-macam jihad. Mereka menyebutkan bahwa kata
jihad mencakup jihad terhadap nafsu, syetan, orang fasik dan orang kafir.
Pertama, jihad melawan hawa nafsu. Terdiri
dari empat tingkatan;
- Menundukkan hawa nafsu untuk mempelajari petunjuk.
- Menundukkannya untuk mengamalkan petunjuk setelah mengetahuinya.
- Menundukkannya untuk mendakwahkan petunjuk. Jika tidak, maka ia termasuk orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah.
- Menundukkannya untuk sabar menghadapi kesulitan dakwah dan menerima hal itu semua karena Allah.
Apabila seseorang mampu melaksanakan
empat hal di atas, maka dia termasuk ke dalam golongan Rabbaniyyin. Karena para
ulama salaf bahwa orang yang berilmu tidak bisa menjadi figur yang rabbani
sampai ia mengerti kebenaran, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
Kedua, jihad melawan syetan. Ini terdiri dari dua macam: 1)
Menghilangkan syubuhat (keraguan) yang dihembuskan oleh syetan, dengan
keyakinan. 2) Menghilangkan syahwat (kesenangan) yang dihembuskan oleh syetan,
dengan bekal kesabaran.
Ketiga, jihad melawan orang kafir dan orang munafik. Terdiri dari
empat tingkatan: Dengan hati, lisan, harta, dan jiwa. Dan jihad melawan
orang kafir lebih khusus dilakukan dengan tangan (kekuaan fisik). Sedangkan
jihad melawan orang munafik lebih khusus dilakukan dengan lisan.
Keempat, jihad melawan pelaku kedzaliman, kemungkaran, dan
bid’ah. Terdiri dari tiga tingkatan: Dengan tangan, jika mampu. Namun
bila tidak mampu, maka dengan lisan. Jika tidak mampu dengan lisan, baru
boleh dengan hati.
5.
Menolong
Orang Lain
Kiat kelima jika kita termasuk orang yang mengharapkan
datangnya pertolongan Allah SWT kepada
kita adalah dengan menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan.
Islam bukanlah
agama individualis. Islam justru menunjukkan jiwa sosialnya yang tinggi dalam
sebagian besar ajarannya. Termasuk saat kita terjepit dalam berbagai kesulitan,
justru solusinya adalah dengan menolong orang lain yang juga kesulitan.
Rasulullah
SAW bersabda :
“Barangsiapa
ingin agar do’anya terkabulkan dan kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong
orang yang dalam kesempitan.” (HR.Ahmad)
Sumber
: www.at-taqwabambe.blogspot.com
_____________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar