Jumat, 28 Oktober 2011

Renungan 3 : Makan Durian Bersama Lalat


MAKAN DURIAN BERSAMA LALAT
Oleh : Supriyanto, S.Pd*

Seorang anak kecil gemar sekali memakan buah durian kesukaannya. Dia seakan tidak bisa hidup tanpa memakan buah durian sehari saja.  Tapi hari itu, buah durian yang telah dibalahnya dikerubuti banyak lalat. Dia mencoba mengusir lalat itu dengan berbagai cara.
Akan tetapi karena bau durian itu begitu harumnya, maka lalat-lalat itupun enggan meninggalkan buah duriannya. Anak itu mengambil kipas, dikipasnya lalat-lalat itu. Tapi kembali lagi, dan kembali lagi.
Dicobanya mengambil penebah untuk menebah dan memukul lalat-lalat itu, tapi lalat yang datang malah lebih banyak lagi dari yang berhasil ditebahnya. Bocah itu betul betul geram dibuatnya.
Akan tetapi, karena sayangnya dengan buah durian lezat itu, Sang bocah akhirnya menemukan ide gila yang diyakininya mampu membuat lalat-lalat itu menjauhi duriannya.
Durian itu sementara ditutupinya dengan daun pisang, lalu dia kebelakang untuk buang air besar. Setelah cebok, sebagian kotorannya sendiri itu dioleskan ke ibu jari tangan kirinya. Setelah beres, dia kembali ke buah duriannya.
Buah durian itu dimakannya dengan lahap menggunakan tangan kanannya, sementara ibu jari tangan kirinya yang dilumuri kotoran sehingga mirip durian itu mampu mengelabuhi lalat-lalat yang semuanya mengerubungi dan memakan kotoran yang menempel di sana.
Akhirnya, bocah itu berhasil memakan habis semua durian yang telah dibalahnya tadi tanpa gangguan seekor lalatpun. Namun rupanya keserakahannya telah membuatnya lupa dan gelap mata. Ibu jari kiri yang telah mampu mengelabuhi lalat-lalat itu karena bentuknya yang memang mirip buah durian, telah mengelabuhinya juga. Dengan lahap ibu jari kirinya dijilatidengan lahap sehingga sebentar kemudian dia muntah-muntah dan segera berlari ke belakang untuk berkumur. Tapi terlambat, semua buah durian yang telah masuk ke perutnya itu akhirnya keluar semua bersama muntahannya.
Sahabat, mungkin saja bocah itu adalah kita. Karena kegemaran kita mengumpulkan kesenangan duniawi, maka kita jadi lupa segalanya. Kita menghabiskan semua energi, waktu, perhatian dan harta kita untuk mendapatkannya.
Kita melupakan berbagai kewajiban yang harus kita laksanakan. Baik kewajiban kepada keluarga, masyarakat dan juga kewajiban kita sebagai hamba Allah SWT. Kita lupa meluangkan waktu walau sebentar untuk mengakrabi anak-istri kita, menyapa warga sekitar kita, apalagi untuk beribadah kepada-Nya.
Kita juga lupa bahwa di dalam harta kita, ada hak kaum fakir miskin yang harus kita sampaikan kepada yang berhak menerimanya. Hal itu terjadi karena kerakusan kita. Kita hanya ingin menikmatinya sendirian saja. Ya, sendirian saja. Bahkan kepada anak-istripun kita bisa jadi menjadi sangat pelit. Apalagi kepada orang lain.
Sahabat, boleh jadi semua itu akan membinasakan kita, cepat atau lambat, kita sadari atau tidak. Karena sesungguhnya semua yang berlebihan, yang keterlaluan itu hanya akan mendatangkan kerusakan dan bencana. Sadarlah. Berbagilah. Walau sedikit saja.
Semoga bermafaat. Salam Sukses!!!
___________________________________________
* Penulis Adalah Guru IPS SMP Negeri 40 Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar